Menggenggam Dunia Melalui Buku

About Wandi

Foto saya
I am a student who is studying Metallurgical and Material Engineering intake 2006. My hobby is doing some sports such volley ball, football, and badminton,,, also i like writing many ideas appear from my mind and i love my life. Here, I am trying to write down something usefull and contribute it for my lovely friends who is meaningfull and surviving for alive. If you wanna know about me more or for being my friend, please visit me on http://www.friendster.com/wandigtw
Powered By Blogger

Sumber cahaya di masa mendatang sepertinya bukan lagi bohlam, tetapi dari meja, dinding, bahkan dari sebuah garpu.

Sebuah penemuan yang tidak disengaja dan diumumkan minggu ini menaikkan kegunaan LED, menjadikannya lebih murah, lebih tahan lama dibandingkan bohlam biasa. Sebuah penemuan yang akan menjadikan penemuan Thomas Edison menjadi kuno.

LED telah digunakan meluas pada lampu lalu lintas, senter, dan untuk kepentingan arsitektur. LED fleksibel dan lebih hemat.

Michael Bowers, seorang mahasiswa S2 pada Universitas Vanderbilt mencoba untuk membuat titik quantum yang sangat kecil (quantum dots) yang mengkristal saat mencapai ukuran beberapa nanometer, sekitar 1/1000 lebar rambut manusia.

Quantum dots terdiri dari 100 hingga 1000 elektron. Quantum dots dengan mudah menyimpan banyak energi, dan semakin kecil ukurannya, semakin banyak energi yang disimpannya. Setiap dot dalam percobaan Bower sangatlah kecil, hanya mengandung 33-34 pasang atom.

Saat Anda menyalakan cahaya pada Quantum dots ataupun mengalirinya dengan listrik, mereka bereaksi dengan memproduksi cahaya sendiri, biasanya dalam warna-warna terang. Tetapi saat Bower memberikan sinar laser pada beberapa pasang Quantum dots, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

"Saya terkejut saat cahaya putih memenuhi meja", kata Bowers. "Seharusnya Quantum dots mengeluarkan sinar biru, tetapi mereka mengeluarkan cahaya putih yang cantik."

Kemudian Bowers dan mahasiswa lainnya memiliki ide untuk mencampurkan Quantum dots dengan polyurethane dan melapisinya dengan sebuah lampu LED biru. Hasilnya memang tidak tampak cantik tetapi memproduksi sinar putih yang sama dengan bohlam biasa.

Lampu ini memproduksi sinar putih kekuning-kuningan yang bercahaya dua kali lebih terang dan bertahan 50 kali lebih lama daripada bohlam 60 watt biasa.

Hasil ini dipublikasikan pada Jurnal Kimia Amerika edisi 18 Oktober.

Lebih baik daripada Bohlam

Hingga saat ini, LED hanya dapat memberikan warna hijau, merah dan kuning, yang membatasi penggunaannya. Kemudian timbullah LED biru, yang direkayasa untuk memberikan cahaya putih kebiru-biruan.

LED menghasilkan cahaya dua kali lebih banyak daripada bohlam 60 watt dan bertahan hingga 50.000 jam. Departemen Energi Amerika memperkirakan penggunaan LED dapat mengurangi penggunaan energi untuk pencahayaan sebanyak 29 persen hingga tahun 2025. LED tidak menghasilkan panas, sehingga lebih efisien.

Ilmuwan lainnya juga memperkirakan bahwa LED akan menggantikan bohlam dan juga lampu fluorescent dan sodium vapor.

Apabila proses ini dapat dikembangkan hingga tahap komersial, cahaya tidak hanya harus datang dari bohlam tetapi dapat dibuat menjadi cat pada permukaan apa saja dengan berbagai warna.


sumber http://www.fisikaasyik.com/news/readnews.php?id=149

Di luar negeri orang berlomba mencetak rekor dengan balon. Balon bukan sekadar mainan, tetapi juga alat angkut. Kayak apa sih prinsipnya?

Usaha Andy Elson dan Colin Prescot memecahkan rekor penjelajahan udara patut diacungi jempol. Misinya menjelajah batas atmosfer dengan balon udara bukan hal yang mustahil. Keberhasilan mereka tentu melengkapi catatan sejarah perjalanan balon udara sejak kakak beradik Joseph dan Etienne Montgolfier melakukan penerbangan dengan balon di Annonay, Perancis, 5 Juni 1783.

Dulu balon udara terbuat dari kertas atau sutra berminyak, kemudian berkembang. Namun, yang paling fenomenal adalah penemuan karet sebagai bahan baku pembuatan balon. Bahkan, dengan bahan karet saja tak cukup, lantas ditemukan balon dengan menggunakan lapisan tekstil.

Balon udara itu mengembang karena diisi udara panas. Ada pula yang menggunakan gas batu bara atau hidrogen. Dengan begitu balon akan melayang bebas di udara. Untuk menaikkan atau menurunkan balon dapat dilakukan dengan menambah atau mengurangi gas yang mengisi ruang balon.

Tapi, tahukah kita bahwa apa yang terjadi hingga balon naik atau turun sesungguhnya mengikuti hukum Archimedes. Persisnya begini: gaya apung yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya.

Prinsip ini juga menjelaskan fenomena tentang kapal baja yang bobotnya begitu berat, namun mampu mengapung di laut. Jika makin banyak orang yang naik ke kapal maka kapal akan semakin terbenam dalam air. Kapal itu juga memindahkan semakin banyak air sampai berat air yang dipindahkan sama dengan berat kapal termasuk isinya.

Balon menggunakan prinsip yang sama. Hanya saja, karena kita menginginkan balon naik ke udara dan melayang pada ketinggian tertentu, maka yang dilakukan adalah mengisi balon sehingga berat udara yang dipindahkan lebih berat dari berat balon. Hingga kemudian mencapai titik ketinggian yang diinginkan.

Untuk mencapai hal tersebut, prinsip kimia mengajarkan kita tentang mengisi balon dengan gas yang massa molekulnya lebih kecil dari massa rata-rata di udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas memenuhi persyaratan itu, apalagi jika ada pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa di antaranya adalah gas Hidrogen (H2) dan Helium (He).

So, sekarang bagaimana cara kerja sebuah balon?

Oke, sekarang kita andaikan sebuah balon udara yang memiliki volume 2.250 meter kubik. Balon tersebut kira-kira akan memindahkan udara yang massanya sekitar 2.650 kilogram (pada tekanan 1 atm dan suhu 25 derajat Celsius). Kita bisa menghitungnya dengan menggunakan persamaan gas ideal pV = nRT dan menggunakan massa molekul relatif rata-rata udara yang dianggap 80 persen Nitrogen (N2) dan 20 persen Oksigen (O2).

Jika balon udara diisi dengan udara yang suhu dan tekanannya sama (25 derajat Celsius dan 1 atm), balon tidak akan naik karena kini berat udara yang dipindahkan sama dengan berat udara dalam balon. Seandainya kita panaskan udara dalam balon sampai sekitar 100 derajat Celcius, maka massa udara dalam balon dengan volume 2.250 meter kubik itu kini menjadi sekitar 2.100 kilogram alias lebih ringan dari massa udara yang dipindahkan.

Andaikan massa balon dan muatannya (termasuk berat awal) sekitar 500 kilogram, maka kita masih mempunyai selisih massa sebesar 50 kilogram atau selisih berat 50 kg.g (g = tetapan gravitasi bumi). Selalu diingat, jangan kacaukan massa dan berat. Berat sama dengan massa kali gravitasi. Dengan selisih ini maka balon akan bisa terbang.

Lantas, bagaimana untuk suhu atmosfer, massa balon dan muatan, serta suhu gas panas dalam balon yang berbeda?

Tentu kita bisa bermain-main dengan berbagai angka pada tiga besaran di atas. Namun, yang pasti ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu tekanan atmosfer yang bergantung pada altitude. Semakin tinggi dari permukaan air laut, semakin rendah tekanan atmosfer, penurunannya secara eksponensial. Hal ini akan memengaruhi nilai berat udara yang dipindahkan.

Gaya dan tekanan pada balon

Bila balon diisi dengan air, maka distribusi tekanannya dapat dihitung dan hasilnya dapat disimak. Di mulut balon, tekanannya akan sama dengan tekanan udara luar. Semakin ke dalam balon, semakin besar tekanannya. Harap diingat, tekanan dan gaya adalah besaran vektor sehingga selain mempunyai nilai juga mempunyai arah. Ingat pula, tekanan adalah gaya per satuan luas.

Jika diperhatikan, ternyata ada tekanan dan berarti ada gaya yang arahnya ke bawah, yang artinya justru menarik balon ke bawah. Namun, gaya ini ditiadakan oleh setengah dari separuh bagian atas balon. Dengan kata lain, hanya seperempat bagian teratas balon sajalah yang "bertanggung jawab" atas daya angkat balon.

Pertanyaannya, mengapa tidak dibuang saja separuh bagian bawah balon?

Kalau kita buang separuh bagian bawah balon, maka pada daerah ekuator balon yang kini menjadi bagian terbawah balon tekanannya sama dengan tekanan atmosfer. Jadi, perbedaan antara tekanan balon dan tekanan atmosfernya adalah nol. Perbedaan tekanan akan bertambah semakin ke atas dari mulut balon dan kita menginginkan perbedaan yang besar di separuh bagian atas balon agar daya angkatnya besar.

ISMUNANDAR Dosen Kimia, ANDRA NURYADI Tim MUDA

Bumi Bulat

Seorang anak kecil bernama Echi, sedang berdiri di pinggiran pantai. Ia memandang jauh ke arah laut. Dan.. Lihat! Ada sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah pantai. Tapi, lama kelamaan kapal tersebut semakin jauh dari pandangan hingga akhirnya menghilang.

Berhubung karena Echi adalah anak yang sangat suka melihat kapal, maka tidak nanggung-nanggung, ia pun naik ke atas genteng rumah. Akhirnya, ia bisa menyaksikan kapal itu lagi. Tapi lambat laun, kapal layar itu pun hilang dari pandangan.

untitled1.JPG

Sore harinya, Echi menunggu kapal layar itu datang lagi. Siapa tahu kapal akan pulang karena hari telah berganti senja. Benar saja, tidak lama kemudian, kapal pun kembali menunjukkan ujung layarnya, sebagian badan kapal, hingga kapal terlihat jelas keseluruhan dan mendekat ke bibir pantai.

Apa ide yang muncul di benakmu? Bumi itu bulat. Echi tidak dapat menyaksikan kapal dari pantai karena ada cekungan yang menutupi kapal. Ibarat lingkaran, jika dipandang secara dua dimensi, cekungan tersebut mempunyai titik yang tiada habisnya (lingkaran adalah kumpulan titik), sehingga kapal akan kembali ke titik yang sama.

Ya, ide inilah yang mengawali perjalanan Columbus berlayar mengelilingi dunia, untuk membuktikan bahwa dunia itu bulat.

Sifat Magnetik

Salah satu sifat magnetik yang kita kenal adalah kemampuannya menarik benda-benda terbuat dari besi tanpa menyentuhnya. Sifat ini ternyata juga berlaku jika batang magnet diletakkan di ruang hampa. Bumi adalah magnet raksasa. Jarum kompas yang bersifat magnetik dipengaruhi oleh magnet bumi, sehingga memberi petunjuk arah mata angin. Kutub-kutub magnetik yang sama akan saling tolak-menolak. Untuk mempermudah konsep magnetik, sering dipergunakan alat bantu berupa serbuk besi yang disebarkan pada kertas putih, kemudian sebuah batang magnetik ditempelkan di bawahnya. Serbuk besi segera membentuk pola-pola khas berupa garis-garis lengkung yang menghubungkan kedua ujung atau kutub batang magnetik (lihat gambar 2). Garis-garis yang terbentuk disebut garis medan magnetik. Jadi sebuah medan magnetik terdiri garis-garis medan magnetik yang pada hakekatnya tidak terlihat. Konsep ini penting karena timbulnya gaya magnetik yang berkaitan erat dengan arus listrik dan energi. Gambaran menjadi lebih rumit lagi disebabkan materi dapat berinteraksi dan mempengaruhi medan magnetik.

Aliran arus listrik dapat menghasilkan medan magnetik. Sifat ini terlihat jika sebuah besi biasa dililit oleh kawat yang kemudian dialirkan arus listrik. Seperti sebelumnya, dengan bantuan serbuk-serbuk besi, besi yang terlilit kawat berubah menjadi magnet dengan memperlihatkan garis-garis medan magnetik. Jika arus listrik dapat melahirkan medan magnetik, sebaliknya juga berlaku bahwa medan magnetik dapat menghasilkan arus listrik. Jika lilitan kawat pada besi yang bersifat magnetik digerakkan maka akan timbul arus listrik. Fenomena ini serupa dengan proses bekerjanya dinamo kecil yang menyalakan lampu sepeda. Kayuhan kaki menyebabkan magnet dalam dinamo berputar. Perubahan medan magnetik akan menimbulkan arus listrik yang kemudian menyalakan lampu sepeda. Hubungan yang terintegrasi antara arus listrik dan sifat kemagnetan, meskipun tampak sederhana dan dapat dirumuskan secara elegan persamaan matematisnya, tetapi sangat kompleks dalam pemahamannya seperti terekam dari banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta. Meskipun demikian, konsep garis-garis medan magnetik dapat memberikan visualisasi terhadap kekompleksan interaksi yang terjadi. Adanya arus listrik yang terjadi akibat medan magnetik dapat menyebabkan proses hubungan pendek, jika kutub-kutub magnetik saling bersinggungan. Akibat hubungan pendek ini, energi yang tersimpan akan dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu yang sangat singkat, seperti halnya kilatan atau percikan cahaya akibat hubungan pendek arus listrik di rumah.

Garis-garis medan magnetik dapat pula dibayangkan seperti tali karet yang lentur. Semakin lemah kuat medan magnetik, semakin lemah dan semakin mudah putus tali karet tersebut. Dengan kata lain semakin lemah pula garis-garis medan magnetik untuk menopang materi atau plasma yang terperangkap di dalamnya. Tali karet yang lemah cenderung melentur lebih panjang dibandingkan tali karet yang kuat. Efek tersebut juga berlaku untuk kuat medan magnetik yang kuat. Demikian pula jika tali karet dipuntir, maka akan menjadi lebih pendek, tetapi mempunyai energi yang lebih besar per satuan panjang yang terlihat jika tiba-tiba tali karet tersebut putus. Medan magnetik juga dapat terpuntir akibat interaksi dengan sekitarnya. Seperti halnya analogi tali karet, energi yang tersimpan menjadi lebih besar. Semakin besar kuat medan magnetik, semakin besar pula energi yang tersimpan di dalamnya.






Gambar 2. Bumi sebagai magnet mempunyai garis-garis gaya magnetik seperti halnya mataharri yang dianalogikan sebuah magnet batang.


Temperatur yang tinggi dalam matahari menyebabkan materi atau gas terurai menjadi elektron dan ion positif. Komposisi ini tidak hanya berlaku dalam atmosfer matahari, tetapi di banyak tempat sebagai bintang, galaksi, ruang antar planet, lapisan ionosfer bumi, dll. Keadaan tersebut sering disebut sebagai plasma, suatu istilah dari bahasa Yunani, yang berarti sesuatu yang terurai. Keberadaan plasma diperkenalkan oleh Langmuir dan Tonk pada sekitar tahun 1940-an. Secara umum, plasma merupakan fasa ke-empat, sesudah padat, cair dan gas. Materi yang terjebak dalam garis-garis gaya medan magnetik merupakan plasma, sehingga aliran energi dalam plasma mempunyai kaitan erat dengan struktur maupun topologi medan magnetik.

Rahasia Gravitasi

Sir Isaac Newton terkenal sampai saat ini karena tidak sengaja melihat fenomena alam jatuhnya buah apel dari pohonnya. Ia bertanya-tanya dalam benaknya, mengapa buah apel bisa jatuh dari tangkainya? Apa yang menyebabkan jatuhnya, apakah dengan sendirinya, atau ada faktor lain yang membuatnya jatuh.

Sampai pada akhirnya ia berkesimpulan bahwa sesuatu benda di alam ini dapat bergerak namun ada yang terjatuh dan ada yang tidak, hal ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik atau magnetik dalam setiap benda. Nah gaya tarik menarik inilah yang dinamakan Gaya Gravitasi.

Bumi berbentuk bulat dan berputar pada porosnya mengelilingi Matahari, tapi kenapa air laut tidak tumpah? Atau semua benda yang ada di bumi tidak terjatuh, itu semua dapat terjadi karena adanya Gaya Gravitasi ini. Sulit dibayangkan seandainya tidak ada Gravitasi, apa jadinya Alam dan Bumi ini, akan berantakan, bahkan Alam ini akan hancur karena benda-benda antariksa saling bertabrakan antara satu dengan yang lainnya.

Rahasia apa yang terkandung dengan adanya Gravitasi ini?

Berniat, Berucap, dan Beramallah yang baik karena semua itu akan berpulang kepada diri kita sendiri.

Niat, Ucapan, dan Amal kita akan menarik kita kepada apa yang kita lakukan, jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk akan berbuah buruk. Setiap benda yang kita lemparkan ke atas kepala kita, ia akan kembali menghampiri dan mengenai diri kita, itulah G r a v i t a s i…

Dari dahulu kita sudah diperkenalkan bahwa air laut itu pasti asin rasanya.Tapi pernahkah terbersit pertanyaan kenapa air laut asin, tetapi air telaga atau air sungai tidak?

Sebetulnya air hujan mencuci daratan kemudian masuk ke paritan, sungai dan telaga sambil membawa garam-garam terlarut sampai ke lautan. Perbedaannya adalah air laut jauh lebih tua dibandingkan air di bagian-bagian lain-- estimasi sekitar 4 atau
5 milyar tahun dibanding hanya sekian juta tahun.
Selama sekian milyar tahun air laut telah mengalami re-cycle secara kontinyu- yaitu menguapkan air yang kemudian jatuh menjadi air hujan ke daerah daratan dan mengalir kembali ke laut sambil membawa muatan garam baru. Siklus yang terjadi terus menerus ini secara otomatis akan meningkatkan kadar garam di laut.

Terus kenapa ikan asin rasanya asin..??
Tentu saja karena ikannya sudah mati. Coba saja fikirkan kalau ikan yang hidup di lautan rasanya tidak asin walaupun hidup di lingkungan yang asin. Ikan asin rasanya asin karena dia sudah mati dan artinya dia tidak punya kuasa lagi atas apa yang akan diperbuat terhadap dirinya.

Perumpamaan yang sama dapat terjadi pada kehidupan manusia. Kenapa banyak perilaku maksiat merajalela? Yaa.. itu karena hati nurani pelakunya sudah mati. Tidak ada sensor atau screening yang berfungsi sebagai pengendali diri untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah.

http://oscarkiloalfa.blogspot.com/2007/07/kenapa-air-laut-asin.html

Ternyata Ruang Angkasa Berlubang !

Luasnya ruang angkasa menyimpan banyak misteri. Hal ini menggelitik rasa ingin tahu untuk menguaknya. Ruang angkasa yang hampa udara biasanya ditempati triliunan materi terang dan gelap. Seperti bintang, planet, komet atau dark matter yang berfungsi sebagai pengikat semua benda-benda di angkasa agar tidak tercerai berai. Namun, tidak semua ruang angkasa yang diisi oleh materi terang dan gelap tersebut.


Baru-baru ini tim peneliti dan astronom dari Universitas Minnesota, AS, menemukan sebuah lubang di ruang angkasa. Lubang raksasa itu bersih dari galaksi—salah satu materi terang, maupun materi gelap. Lubang yang berjarak satu miliar tahun cahaya dari bumi itu tidak terlihat bila menggunakan teropong. Agar dapat melihatnya, para peneliti menggunakan sebaran gaya tarik lubang raksasa. Jauh sebelumnya wilayah yang serupa juga ditemukan, namun ukurannya tidak sebesar yang ditemukan sekarang.

Keberadaan lubang ini dibuktikan dengan adanya data hasil survei NRAO VL Sky Survey. Selain itu beberapa survei juga dilakukan pada daerah sekitar lubang tersebut yakni di rasi Eridanus—yang berjarak 6-10 miliar tahun cahaya dari bumi, dengan bantuan teleskop berukuran besar. Hasilnya, sebagian besar wilayah tersebut nyaris kosong.
Hasil analisis CMB (Cosmic Microwave Background) menunjukkan, suhu di lubang itu sangat dingin. Ini disebabkan karena wilayah tersebut bebas dari materi terang maupun gelap. Namun, para peneliti dan astronom belum mampu menguak, kenapa hal itu terjadi.

Kenapa Air Laut Berwarna Biru ?

Siapapun tahu dan kamu tidak akan menyangkal kalo air yang murni itu tidak memiliki warna. Sama seperti kaca, Bening! Lantas mengapa air laut berwarna biru? And...langit juga berwarna biru?

Cari ketemu cari, akhirnya SEGITIGA berhasil memperoleh data dari fisikaasyik.com bahwa warna biru itu berasal dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang yang besar. Ketika memasuki atmosfir Bumi, panjang gelombangnya mengecil dan memencar. Panjang gelombang yang baru ini besarnya sama dengan panjang gelombang warna biru. Sebenarnya, peristiwa ini tidak berbeda dengan masuknya cahaya melalui prisma. Cahaya yang masuk bakal terbias menjadi beberapa warna utama: ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga dan merah. Warna ungu memiliki panjang-gelombang tertinggi, dan warna merah terkecil - sehingga muncul istilah ultraungu dan inframerah.

So, bagaimana dengan air laut yang berwarna biru? Hal itu karena pantulan gelombang warna itu. Itulah sebabnya kenapa air di bak mandi anda kadang-kadang terlihat hijau atau biru atau putih. Cahaya matahari sebenarnya berwarna putih. Cahaya putih itu sendiri merupakan gabungan dari berbagai energi gelombang. Kenapa tampak kuning? Tak lain karena terbiasnya gelombang warna biru.

Nggak percaya? Kamu bisa buktiin dengan cara berikut. Arahkan tiga buah lampu bewarna merah, biru dan hijau pada satu layar. Gabungkan dari kegita warna cahaya ini bakal menghasilak warna putih. Lalu coba matikan lampu biru, maka gabungan kedua lampu lainnya - merah dan hijau- akan menghasilkan warna kuning. Masih nggak percaya….lakukan percobaan sendiri!

http://iwan.or.id/?pilih=lihat&id=4

Gravitasi Bulan

Gravitasi selalu menjadi topik yang asyik dibicarakan. Postingan ini juga bermaksud untuk menjawab pertanyaan disini, pada edisi Pernik Ilmu sebelumnya.

Gravitasi bulan lebih kecil daripada gravitasi bumi, yaitu sekitar 0,16 = (1/6) gaya gravitasi Bumi. Akibat gaya gravitasi Bumi ini, bulan lebih bersifat seperti satelit alami yang beredar mengelilingi Bumi yang ukurannya lebih besar dari Bulan. Bulan yang beredar mengelilingi Bumi hanya berukuran seperempat ukuran Bumi dan beredar mengelilinginya setiap 27,3 hari, pada jarak rata-rata 384.400 kilometer di bawah tarikan gravitasi Bumi.

Pertanyaan pertama adalah, jika Bulan dipengaruhi oleh gaya Gravitasi Bumi, mengapa Bulan tidak bertubrukan dengan Bumi? Bulan yang ditarik oleh gaya gravitasi Bumi tidak jatuh ke Bumi disebabkan oleh gaya sentrifugal yang timbul dari orbit Bulan mengelilingi bumi. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Besarnya gaya sentrifugal Bulan adalah sedikit lebih besar dari gaya tarik menarik antara gravitasi Bumi dan Bulan. Dan pada dasarnya, hal ini bukannya akan menimbulkan tabrakan antara Bumi-Bulan, sebaliknya malah menyebabkan Bulan semakin menjauh dari bumi, pada kecepatan sekitar 3,8 cm/tahun. Di masa yang akan datang, ilmuwan berprediksi bahwa kecepatan Bulan menjauh dari Bumi ini akan semakin besar hingga akhirnya Bulan terlepas dari orbit Bumi.

Pertanyaan kedua, kalau gravitasi bumi lebih besar dari bulan kenapa permukaan air yang dibumi mengalami tonjolan? Seharusnya permukaan air di Bulan yang mengalami tonjolan. Benarkah demikian? Jangan bilang “iya” dulu sebelum membaca kalimat berikut :-P

Pada postingan sebelumnya tentang pasang surut, kita telah mengetahui bahwa pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari Matahari, gaya tarik gravitasi Bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik Matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak Matahari ke Bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah Bulan dan Matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Jika seseorang berpendapat bahwa seharusnya permukaan air di Bulan yang mengalami tonjolan, maka ia pasti telah melupakan suatu hal penting. Di Bulan tidak ada air dan udara, Kawan. Yang ada hanyalah kawah yang terbentuk akibat hantaman komet.

Dewasa ini telah dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (tidal range ). Anehnya, bukan pasang surutnya yang menggerakkan turbin, tetapi arus laut. Mengapa demikian? Ini jadi pertanyaan ketiga.

Sebenarnya sama saja. Pada dasarnya, pasang surut pada adalah perbedaan arus laut saat pasang dan saat surut, sehingga disebut pasang surut. Analoginya sama saat kita menyebut kata ‘siang’ dan ‘malam’. Kita lebih memilih kata ‘siang malam’ bukan? Mungkin ini masalah diksi saja.

Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik. Sistem kerja pembangkit ini yaitu dengan membuat dua buah turbin yang dipasang pada aliran sungai dimana salah satu turbin akan bekerja pada saat pasang dan salah satunya bekerja pada saat surut, setelah turbin ini berputar maka energi kinetik ( gerak ) yang dihasilkan turbin akan disalurkan dan diubah oleh generator ke bentuk energi listrik. Mau disebut menggunakan pasang surut atau arus laut, ya sama saja toh. Sepakat? :-D

http://myscienceblogs.com/kids/2007/09/28/gravitasi-bulan/

Mengapa Matahari Terlihat Kemerahan Saat Terbit dan Terbenam ??

Berikut ini mungkin adalah analisa yang bisa menjelaskan itu semua.

Saat matahari terbit dan terbenam maka langit sebagian akan berwarna berwarna merah, langit berwarna biru, dan cahaya langit terpolarisasi (paling tidak sebagian). Fenomena ini dapat dijelaskan atas dasar penghamburan cahaya oleh molekul atmosfer. Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi bergantung kepada panjang gelombang. Untuk partikel-partikel yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya (seperti molekul udara), partikel-pertikel tersebut tidak merupakan rintangan yang besar bagi panjang gelombang yang panjang dibandingkan bagi yang pendek. Penghamburan berkurang, cahaya merah dan jingga dihamburkan lebih sedikit dari biru dan ungu, yang merupakan penyebab langit berwarna biru.

Pada saat matahari terbenam, dipihak lain, berkas cahaya matahari melewati panjang atmosfer maksimum. Banyak dari warna biru yang telah dikeluarkan dengan penghamburan. Cahaya yang mencapai permukaan bumi berarti kekurangan biru, yang merupakan alasan matahari terbenam berwarna kemerahan.

Langit hanya berwarna biru di siang hari. Ada beberapa sebab mengapa langit saat itu berwarna biru. Bumi diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer. Walaupun tidak tampak, udara sebenarnya terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil dalam atmosfer itu. Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda. Merah memiliki frekuensi yang lebih kecil dari kuning, kuning lebih kecil dari hijau, hijau lebih kecil dari biru, biru lebih kecil dari ungu. Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya itu dihamburkan.

Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu), maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang kalau dipadukan menjadi biru terang. Karena warna biru banyak dihamburkan, maka warna matahari tidak putih sempurna, seperti yang seharusnya terjadi jika semua warna dipadukan. Warna matahari menjadi sedikit agak jingga.

Pada sore hari, sering matahari berubah warna menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk mencapai mata kita, sehingga semakin banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi rendah, yaitu merah. Di bulan dan di planet yang tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna hitam, walaupun di siang hari.

Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama.

Oleh karena intensitas cahaya berbanding lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita, frekuensi paling tinggilah yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit biru. Ketika matahari hampir terbenam, hamburan cahaya yang frekuensinya rendahlah yang lebih banyak sampai ke kita, sehingga kita menyaksikan langit berwarna jingga atau merah.

Kita ingat untaian cahaya tampak dalam spektrum cahaya, merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu. Dari urutan merah sampai ungu, frekuensinya semakin tinggi. Jadi warna-warna yang mendekati merah memiliki frekuensi cahaya tinggi, dan warna-warna yang mendekati ungu memiliki frekuensi cahaya rendah.

;;
Your Ad Here